Sunday, March 31, 2013

Artikel Geologi Gempa : Grand Design Gempa Maut Indonesia


Selasa, 01 Mei 2012


Gempa ternyata belum berhenti walau sesaat. Terus memberikan efek tekanan dan deformasi zona kegempaan dalam waktu singkat kini telah mengancam wilayah Pantai Timur Sumatera dengan tercatatnya gempa di wilayah Bangka Belitung akan memberikan akumulasi semakin kuat bagi kehancuran beberapa patahan sehingga semakin tertekan. Pada daerah kritis gempa diwilayah Indonesia yang membentuk grand design maut strategis berikutnya. Dimulai dari Pantai Barat Sumatera, Aceh 2004, Nias 2005, Bengkulu 2007, Sumbar 2009, Mentawai 2010, Simeulue 2012, kembali lagi Bengkulu atau Lampung? Pola tekanan energi medan stress dari gerak relaksasi bumi di Patahan Laut Jawa akan menerus dan bersambung hingga ke Patahan Pegunungan Merantus di Kalimantan Timur. Batas alamiah dari kontinen Kalimantan masih berhubungan dengan kondisi geologi kegempaan di sekitar di Laut Sulawesi. Sehingga 10 tahun ke depan diprediksi akan ada gempa dahsyat di atas 7.0 Skala Richter (SR) berlangsung di Indonesia secara beruntun. Pola ini telah akan diawali gempa di Blok Aceh-Nias dengan kejadian gempa Mentawai 2010 dan Gempa Simeulue 2012 dengan kekuatan mencapai 8,9 SR (versi USGS) yang terjadi hari Rabu, 11-04-2012. Gempa strategis Sumatera-Jawa Jika kita mencermati kondisi Lempeng Sumatera-Jawa dalam beberapa tahun terakhir ini. Posisinya yang berada dalam kondisi “penjepitan” di antara dua lempeng besar benua. Semakin intensif mengalami penghancuran atau perobekan perut bumi dan membangkitkan tekanan yang semakin kuat bagi dapur magma di daratan serta melipatgandakan tekanan energi di patahan daratan Sumatera-Jawa. Ini akan membawa Indonesia 20 tahun ke depan memulai gempa strategis dunia. Bukti ini, dapat dilihat dari siklus pendek gempa-gempa Pantai Barat Sumatera dalam kurun 10 tahun berlangsung gempa dahsyat di atas 6.2-9.0 SR yang terjadi dimulai dari Bengkulu tahun 2000, 2002, 2007, 2008. Simeulue tahun 2002, 2005, 2008, 2010, 2012, Aceh tahun 2004, 2007, Nias tahun 2005, 2007, Sumatera Barat 2006, 2007,2009, 2010 dan Muara Sipongi 2006, Padangsidimpuan/Sipirok 2009. Ahli geologi menyebutkan, faktor pemicu utama gempa strategis Sumatera-Jawa berada pada batas konvergen antar lempeng untuk memberikan energi responsif blok antar patahan yang masuk dalam kawasan ring of fire. Bahwa masa siklus gempa sekarang ini terlalu singkat sehingga memungkinkan energi relaksasi bumi yang belum seimbang akan kembali mengakibatkan “pola medan stress” di perbatasan lempeng. Kemudian mengubah bentuk sisa runtuhan topografi kerak bumi dari Palung Laut Dalam yang belum stabil di ujung perbatasan Pulau Sumatera dan Jawa. Akibat gempa-gempa terdahulu selama 2 abad akan menimbulkan gempa dahsyat tsunami dalam kurun 5-10 tahun mendatang. Dimulai dari tahun 2010 ke 2012 dan sebelum tahun 2020, sangat singkat untuk mempercepat kehancuran Pulau Sumatera sebagai faktor ideal bagi berlangsung gempa strategis dahsyat dunia. Langsung atau tidak langsung akan menimbulkan efek pemicu goncangan berganda pada segmen patahan Sumatera-Jawa. Karena lanjutan Patahan Sumatera yang kompleks itu masih menerus ke Selatan Jawa bagian Barat dan Jawa bagian Timur. Di ujung patahan Sumatera terdapat kumpulan patahan geser naik yang berupa hasil penandukan antar lempeng di jalur subduksi sepanjang 300 km, dapat mengubah topografi bawah laut menjadi “area rupture yang terbaru” sebagai “ruang kosong” atau seismic gap banyak terdapat di antara Pulau Nias dan Simeulue yang menyebabkan gempa April 2012. Pembentukan ruang kosong ini akan mengakumulasi tekanan pada blok patahan Pantai Barat Sumatera terutama di Blok Enggano-Mentawai oleh gerak menyesar naik (trust fault convergent). Sehingga area rupture di blok Pantai Barat Sumatera yang ada sebelumnya, yaitu 600 km menuju ke Selat Sunda akan bertemu langsung dengan gunungapi bawah laut yang terjal dengan ketinggian 2500 km di Laut Jawa. Pertemuaan ini akan membentuk prisma akresi yang baru sepanjang busur kepulauan hingga kebelakang busur cekungan Nusa Tenggara. Jalur akresi merupakan jalur-jalur gempa kosong atau daerah dalam pengumpulan energi yang kini sedang berlangsung di Patahan Jawa-Selat Bali dengan energi penyerapan terendah ada di Utara Sumatera. Faktor lain yang semakin menegaskan bahwa suatu saat Lempeng Bumi Indonesia akan menghasilkan gempa dahsyat lagi adalah proses pembalikan energi seismik masih terus berlangsung di sepanjang Pantai Barat Sumatera. Porosnya di patahan Bengkulu-Lampung dan Sumatera Utara-Aceh. Timbulnya pembalikan energi seismik karena disebabkan gerakan pembalikan relaksasi energi dari Lempeng Pasifik ke arah Benua Asia yang bergerak lebih aktif, 17 cm/tahun dibandingkan Lempeng Indo-Australia bergerak 6-7 cm/tahun. Sehingga energi seismic gap terkonsentrasi pada blok-blok batuan di ujung patahan Sumatera di Selat Sunda yang telah memikul beban (gaya berat) dari efek deformasi gempa Aceh-Nias dan Bengkulu-Sumatera Barat. Sehingga dapat mengganggu termodinamika supervulcanoes Krakatau. Coba, lihat/amati cermat kejadian gempa yang kita rasakan sekarang. Pembalikan energi seismik berarti akan ada “efek penjalaran” energi tekanan dahsyat ke patahan Laut Jawa dan Pantai Timur Sumatera. Walau diketahui pusat kedalaman gempa berada 300 km tetap saja tidak aman bagi tata ruang kehidupan disebabkan: Pertama, jarak subduksi antara 50-400 km, memicu antar zona subduksi dalam satu kawasan satu blok kegempaan, bukti ini ada diwilayah Kep. Simeulue. Kedua, tersusun oleh topografi sisa runtuhan gunungapi dari ledakan gunungapi Krakatau dan gempa-gempa terdahulu, yang telah mengubah kondisi batuan yang semakin tidak homogen dalam meredam efek penjalaran energy, terkonsentrasi di Selat Sunda dan Kep. Enggano. Ketiga, ada perobekan sedalam 10 km dan panjang 1600 km jalur kegempaan yang akan terbentuk kemudian. Keempat, efek penjalaran menyebabkan akumulasi energi dalam kondisi kritis dibeberapa seismic gap di Selatan Jawa Timur dan Selat Bali serta NTB dengan terjadinya gempa kuat Sumbawa dan Rote-NTT--serta resonasi efek relaksasi bumi mengakibatkan gempa masih berlangsung di Bengkulu, Simeulue dan Nias dengan kekuatan diatas 5-7 SR. Diprediksi, 20 tahun ke depan Sumatera-Jawa akan memulai terjadinya “panen gempa tsunami” di atas 8.5 SR dengan Nias-Simeulue sebagai permulaan sekarang. Merambah ke beberapa zona subduksi terdekat di India yaitu subduksi di palung laut dalam Andaman dan kepulauan vulkanik Nikobar akan menginjeksikan tekanan ganda bagi pecahan blok efek gempa Aceh-Nikobar tahun 2004 di Lempeng Burma. Jalur pecahan yang ada di Lempeng Burma akan memudahkan energi responsif melanjutkan tekanan ganda di patahan Pegunungan Himalaya hingga ke patahan Anatolia-Jazirah Arab dan Afrika Utara. Pembalikan energi relaksasi bumi dimulai ke cekungan patahan Samudera Hindia melalui daratan Asia dari ujung Utara Sumatera ke Semenanjung Malaya atau Pantai Timur Sumatera. Tekanan dorong juga akan terjadi di cekungan Samudera Pasifik dengan menekan ruas patahan di Laut Halmahera dengan terjadinya gempa besar di Teluk Tomini atau subduksi Mayu dan Sulawesi. Gempa dahsyat Maluku-Sulawesi Wilayah Indonesia Timur termasuk daerah yang mampu menghasilkan gempa dahsyat strategis karena ada efek penjalaran seismik dari kawasan Pasifik oleh pembalikan energi relaksasi bumi secara menerus ke busur pulau vulkanik disepanjang ring of fire. Berhubungan langsung dengan subduksi Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Eurasia, karena ada dua sub Lempeng Eurasia yang saling menekan dan melumat Lempeng Maluku yaitu Lempeng Sangihe dan Lempeng Halmahera sehingga melapangkan ruang subduksi dan pemekaran laut serta gerak penekanan Lempeng Philipina ke wilayah Lautan Indonesia di Laut Banda. Wilayah penekanan patahan gempa di zona subduksi Maluku-Sulawesi merupakan tipe pertemuan subduksi interplate (penumbukan antar lempeng)--dengan pergerakan yang lebih aktif adalah Lempeng Pasifik ke titik hunjaman di Lempeng Halmahera--bergerak 12 cm/tahun, Lempeng Filipina menekan subduksi Sulawesi Utara bergerak 4-5 cm/tahun ke Lempeng Sangihe, Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Sunda-Sahul di sekitar Kepulauan Maluku Tenggara bergerak 6 cm/tahun. Sedang Lempeng Eurasia bergerak 2 cm/tahun. Dengan karakteristik pergerakan keempat lempeng itulah yang akan menempatkan bumi Indonesia “mengancam” dunia dengan gempa strategis dahsyat. Jika pusat gempa terjadi di kawasan Laut Maluku-Sulawesi bagian Tenggara dan Utara tepat di Lautan maka interaksi keempat lempeng ini akan memberikan efek kejutan gelombang gempa berulangkali dengan gempa susulan yang hampir sama kuat. Kondisi geologi kegempaan di lautan Sulawesi Maluku merupakan pola Pemekaran Laut di Pantai Barat. Sedangkan di sebelah Timur atau Selatan Maluku terdapat 5 pusat zona penunjaman gempa seismik tinggi akibat hilangnya Lempeng Maluku. Dengan melihat gembaran topografi tersebut, maka faktor tekanan, penghancuran ataupun pelumatan lempeng, pemekaran dan perubahan anomali kerentanan gravitasi kemagnetan akan menempatkan wilayah dunia dalam ancaman gempa strategis yang luas di kawasan Sulawesi melintasi ke Asia Timur, Asia Tenggara, Kalimantan Timur, Maluku, melintasi subduksi di kawasan Pasifik hingga ke Pantai Barat Amerika Utara di wilayah Meksiko dan semananjung California dan Samudera Hindia. Saling memicu zona subduksi yang terdekat dalam radius 1000 km di permukaan bumi untuk memulai “kiamat baru”. ***** 
( M. Anwar Siregar : Penulis adalah Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan Dan Energi-Geosfer. )

No comments:

Post a Comment