Sunday, March 31, 2013

Artikel Geologi Gempa : Grand Design Gempa Maut Indonesia


Selasa, 01 Mei 2012


Gempa ternyata belum berhenti walau sesaat. Terus memberikan efek tekanan dan deformasi zona kegempaan dalam waktu singkat kini telah mengancam wilayah Pantai Timur Sumatera dengan tercatatnya gempa di wilayah Bangka Belitung akan memberikan akumulasi semakin kuat bagi kehancuran beberapa patahan sehingga semakin tertekan. Pada daerah kritis gempa diwilayah Indonesia yang membentuk grand design maut strategis berikutnya. Dimulai dari Pantai Barat Sumatera, Aceh 2004, Nias 2005, Bengkulu 2007, Sumbar 2009, Mentawai 2010, Simeulue 2012, kembali lagi Bengkulu atau Lampung? Pola tekanan energi medan stress dari gerak relaksasi bumi di Patahan Laut Jawa akan menerus dan bersambung hingga ke Patahan Pegunungan Merantus di Kalimantan Timur. Batas alamiah dari kontinen Kalimantan masih berhubungan dengan kondisi geologi kegempaan di sekitar di Laut Sulawesi. Sehingga 10 tahun ke depan diprediksi akan ada gempa dahsyat di atas 7.0 Skala Richter (SR) berlangsung di Indonesia secara beruntun. Pola ini telah akan diawali gempa di Blok Aceh-Nias dengan kejadian gempa Mentawai 2010 dan Gempa Simeulue 2012 dengan kekuatan mencapai 8,9 SR (versi USGS) yang terjadi hari Rabu, 11-04-2012. Gempa strategis Sumatera-Jawa Jika kita mencermati kondisi Lempeng Sumatera-Jawa dalam beberapa tahun terakhir ini. Posisinya yang berada dalam kondisi “penjepitan” di antara dua lempeng besar benua. Semakin intensif mengalami penghancuran atau perobekan perut bumi dan membangkitkan tekanan yang semakin kuat bagi dapur magma di daratan serta melipatgandakan tekanan energi di patahan daratan Sumatera-Jawa. Ini akan membawa Indonesia 20 tahun ke depan memulai gempa strategis dunia. Bukti ini, dapat dilihat dari siklus pendek gempa-gempa Pantai Barat Sumatera dalam kurun 10 tahun berlangsung gempa dahsyat di atas 6.2-9.0 SR yang terjadi dimulai dari Bengkulu tahun 2000, 2002, 2007, 2008. Simeulue tahun 2002, 2005, 2008, 2010, 2012, Aceh tahun 2004, 2007, Nias tahun 2005, 2007, Sumatera Barat 2006, 2007,2009, 2010 dan Muara Sipongi 2006, Padangsidimpuan/Sipirok 2009. Ahli geologi menyebutkan, faktor pemicu utama gempa strategis Sumatera-Jawa berada pada batas konvergen antar lempeng untuk memberikan energi responsif blok antar patahan yang masuk dalam kawasan ring of fire. Bahwa masa siklus gempa sekarang ini terlalu singkat sehingga memungkinkan energi relaksasi bumi yang belum seimbang akan kembali mengakibatkan “pola medan stress” di perbatasan lempeng. Kemudian mengubah bentuk sisa runtuhan topografi kerak bumi dari Palung Laut Dalam yang belum stabil di ujung perbatasan Pulau Sumatera dan Jawa. Akibat gempa-gempa terdahulu selama 2 abad akan menimbulkan gempa dahsyat tsunami dalam kurun 5-10 tahun mendatang. Dimulai dari tahun 2010 ke 2012 dan sebelum tahun 2020, sangat singkat untuk mempercepat kehancuran Pulau Sumatera sebagai faktor ideal bagi berlangsung gempa strategis dahsyat dunia. Langsung atau tidak langsung akan menimbulkan efek pemicu goncangan berganda pada segmen patahan Sumatera-Jawa. Karena lanjutan Patahan Sumatera yang kompleks itu masih menerus ke Selatan Jawa bagian Barat dan Jawa bagian Timur. Di ujung patahan Sumatera terdapat kumpulan patahan geser naik yang berupa hasil penandukan antar lempeng di jalur subduksi sepanjang 300 km, dapat mengubah topografi bawah laut menjadi “area rupture yang terbaru” sebagai “ruang kosong” atau seismic gap banyak terdapat di antara Pulau Nias dan Simeulue yang menyebabkan gempa April 2012. Pembentukan ruang kosong ini akan mengakumulasi tekanan pada blok patahan Pantai Barat Sumatera terutama di Blok Enggano-Mentawai oleh gerak menyesar naik (trust fault convergent). Sehingga area rupture di blok Pantai Barat Sumatera yang ada sebelumnya, yaitu 600 km menuju ke Selat Sunda akan bertemu langsung dengan gunungapi bawah laut yang terjal dengan ketinggian 2500 km di Laut Jawa. Pertemuaan ini akan membentuk prisma akresi yang baru sepanjang busur kepulauan hingga kebelakang busur cekungan Nusa Tenggara. Jalur akresi merupakan jalur-jalur gempa kosong atau daerah dalam pengumpulan energi yang kini sedang berlangsung di Patahan Jawa-Selat Bali dengan energi penyerapan terendah ada di Utara Sumatera. Faktor lain yang semakin menegaskan bahwa suatu saat Lempeng Bumi Indonesia akan menghasilkan gempa dahsyat lagi adalah proses pembalikan energi seismik masih terus berlangsung di sepanjang Pantai Barat Sumatera. Porosnya di patahan Bengkulu-Lampung dan Sumatera Utara-Aceh. Timbulnya pembalikan energi seismik karena disebabkan gerakan pembalikan relaksasi energi dari Lempeng Pasifik ke arah Benua Asia yang bergerak lebih aktif, 17 cm/tahun dibandingkan Lempeng Indo-Australia bergerak 6-7 cm/tahun. Sehingga energi seismic gap terkonsentrasi pada blok-blok batuan di ujung patahan Sumatera di Selat Sunda yang telah memikul beban (gaya berat) dari efek deformasi gempa Aceh-Nias dan Bengkulu-Sumatera Barat. Sehingga dapat mengganggu termodinamika supervulcanoes Krakatau. Coba, lihat/amati cermat kejadian gempa yang kita rasakan sekarang. Pembalikan energi seismik berarti akan ada “efek penjalaran” energi tekanan dahsyat ke patahan Laut Jawa dan Pantai Timur Sumatera. Walau diketahui pusat kedalaman gempa berada 300 km tetap saja tidak aman bagi tata ruang kehidupan disebabkan: Pertama, jarak subduksi antara 50-400 km, memicu antar zona subduksi dalam satu kawasan satu blok kegempaan, bukti ini ada diwilayah Kep. Simeulue. Kedua, tersusun oleh topografi sisa runtuhan gunungapi dari ledakan gunungapi Krakatau dan gempa-gempa terdahulu, yang telah mengubah kondisi batuan yang semakin tidak homogen dalam meredam efek penjalaran energy, terkonsentrasi di Selat Sunda dan Kep. Enggano. Ketiga, ada perobekan sedalam 10 km dan panjang 1600 km jalur kegempaan yang akan terbentuk kemudian. Keempat, efek penjalaran menyebabkan akumulasi energi dalam kondisi kritis dibeberapa seismic gap di Selatan Jawa Timur dan Selat Bali serta NTB dengan terjadinya gempa kuat Sumbawa dan Rote-NTT--serta resonasi efek relaksasi bumi mengakibatkan gempa masih berlangsung di Bengkulu, Simeulue dan Nias dengan kekuatan diatas 5-7 SR. Diprediksi, 20 tahun ke depan Sumatera-Jawa akan memulai terjadinya “panen gempa tsunami” di atas 8.5 SR dengan Nias-Simeulue sebagai permulaan sekarang. Merambah ke beberapa zona subduksi terdekat di India yaitu subduksi di palung laut dalam Andaman dan kepulauan vulkanik Nikobar akan menginjeksikan tekanan ganda bagi pecahan blok efek gempa Aceh-Nikobar tahun 2004 di Lempeng Burma. Jalur pecahan yang ada di Lempeng Burma akan memudahkan energi responsif melanjutkan tekanan ganda di patahan Pegunungan Himalaya hingga ke patahan Anatolia-Jazirah Arab dan Afrika Utara. Pembalikan energi relaksasi bumi dimulai ke cekungan patahan Samudera Hindia melalui daratan Asia dari ujung Utara Sumatera ke Semenanjung Malaya atau Pantai Timur Sumatera. Tekanan dorong juga akan terjadi di cekungan Samudera Pasifik dengan menekan ruas patahan di Laut Halmahera dengan terjadinya gempa besar di Teluk Tomini atau subduksi Mayu dan Sulawesi. Gempa dahsyat Maluku-Sulawesi Wilayah Indonesia Timur termasuk daerah yang mampu menghasilkan gempa dahsyat strategis karena ada efek penjalaran seismik dari kawasan Pasifik oleh pembalikan energi relaksasi bumi secara menerus ke busur pulau vulkanik disepanjang ring of fire. Berhubungan langsung dengan subduksi Lempeng Pasifik terhadap Lempeng Eurasia, karena ada dua sub Lempeng Eurasia yang saling menekan dan melumat Lempeng Maluku yaitu Lempeng Sangihe dan Lempeng Halmahera sehingga melapangkan ruang subduksi dan pemekaran laut serta gerak penekanan Lempeng Philipina ke wilayah Lautan Indonesia di Laut Banda. Wilayah penekanan patahan gempa di zona subduksi Maluku-Sulawesi merupakan tipe pertemuan subduksi interplate (penumbukan antar lempeng)--dengan pergerakan yang lebih aktif adalah Lempeng Pasifik ke titik hunjaman di Lempeng Halmahera--bergerak 12 cm/tahun, Lempeng Filipina menekan subduksi Sulawesi Utara bergerak 4-5 cm/tahun ke Lempeng Sangihe, Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Sunda-Sahul di sekitar Kepulauan Maluku Tenggara bergerak 6 cm/tahun. Sedang Lempeng Eurasia bergerak 2 cm/tahun. Dengan karakteristik pergerakan keempat lempeng itulah yang akan menempatkan bumi Indonesia “mengancam” dunia dengan gempa strategis dahsyat. Jika pusat gempa terjadi di kawasan Laut Maluku-Sulawesi bagian Tenggara dan Utara tepat di Lautan maka interaksi keempat lempeng ini akan memberikan efek kejutan gelombang gempa berulangkali dengan gempa susulan yang hampir sama kuat. Kondisi geologi kegempaan di lautan Sulawesi Maluku merupakan pola Pemekaran Laut di Pantai Barat. Sedangkan di sebelah Timur atau Selatan Maluku terdapat 5 pusat zona penunjaman gempa seismik tinggi akibat hilangnya Lempeng Maluku. Dengan melihat gembaran topografi tersebut, maka faktor tekanan, penghancuran ataupun pelumatan lempeng, pemekaran dan perubahan anomali kerentanan gravitasi kemagnetan akan menempatkan wilayah dunia dalam ancaman gempa strategis yang luas di kawasan Sulawesi melintasi ke Asia Timur, Asia Tenggara, Kalimantan Timur, Maluku, melintasi subduksi di kawasan Pasifik hingga ke Pantai Barat Amerika Utara di wilayah Meksiko dan semananjung California dan Samudera Hindia. Saling memicu zona subduksi yang terdekat dalam radius 1000 km di permukaan bumi untuk memulai “kiamat baru”. ***** 
( M. Anwar Siregar : Penulis adalah Geologist, Pemerhati Masalah Tata Ruang Lingkungan Dan Energi-Geosfer. )

Artikel Geologi Lingkungan : Perlukah PLTN di Indonesia


Selasa, 20 Maret 2012


PERLUKAH PLTN DI INDONESIA?
Oleh : M. Anwar Siregar

Penerapan PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir) di Indonesia tidak berarti pilihan yang tidak berisiko dan tanpa reaksi dari masyarakat Indonesia, ada kendala atau perlawanan politik karena menyangkut kemampuan SDM dan dampaknya terhadap lapisan bumi dan lingkungan. Sebab lainnya, sejak dibangun pertama kali hingga sekarang belum satupun Negara maju seperti Jepang dan Amerika Serikat mampu dan menemukan cara paling aman, baik dalam pengoperasian maupun penanganan sampah limbah nuklir, terutama untuk menempatkan pada tempat yang aman. Khususnya bagi Indonesia, masih memerlukan pemikiran lebih tajam lagi karena memperhitungkan kondisi geologi wilayah Indonesia dengan melakukan perbandingan yang telah terjadi di Jepang akibat gempa tektonik dengan tsunami dahsyat berkekuatan 8,9 skala Richter (11/3/2011) yang meretakan konstruksi satu reaktor nuklir dan meledakan tiga reaktor sehingga menimbulkan kebakaran dalam kondisi peringatan bahaya radiasi 
PERLUKAH REAKTOR NUKLIR
Pembangunan reaktor nuklir di Indonesia sebenarnya membutuhkan banyak syarat dalam memperhitungkan kondisi ekonomi Indonesia dalam kurun 25 tahun ke depan, karena Indonesia belum mantap dalam mengatasi berbagai persoalan dalam negeri terutama dihantui berbagai krisis yang mungkin dapat menjadi kendala dalam pembangunan reaktor PLTN antara lain krisis ekonomi, krisis kepercayaan rakyat kepada Pemerintah, krisis etika elite, krisis disiplin atau kepatutan kerja yang membentuk budaya korupsi, krisis sumber daya manusia akibat meningkatnya krisis ekonomi global berdampak pada peningkatan kebutuhan pendidikan menyebabkan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. 
Dengan tingkat disiplin dan kultur budaya yang sudah lama melekat dari generasi ke generasi yang mengantarkan bangsa Indonesia menjadi Negara miskin di dunia. Dengan kultur budaya tersebut, bagaimana Indonesia mampu mengelola teknologi nuklir tinggi yang membutuhkan perhitungan dan kemampuan yang cermat, disiplin dan tidak malas. 
Jika dikorelasikan dan di interperestasikan hal tersebut diatas dengan kemampaun pembangunan fisik infrastruktur di Indonesia, maka reaksi-reaksi masyarakat sudah sangat jelas dan tidak berlebihan, bahwa pembangunan fisik di Indonesia sudah sangat bermasalah, bukan saja disebabkan kondisi geologi Indonesia tetapi kemampuan pembangunan itu, diawali ketika pelaksanaan pembangunan gedung konstruksi pondasi beton dipastikan selalu ada masalah, bukti dapat dilihat dari pembangunan tol yang ambles, pembangunan gedung perkantoran yang runtuh, pembangunan bendungan dan irigasi yang banyak jebol, pembangunan jalan yang banyak timbul unduk-undukan dan dikerjakan asal-asalan.
Maka kita bisa membayangkan bagaimana kondisi pembangunan reaktor nuklir yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Pembangunan fisik yang kecil-kecil saja sudah bermasalah bagaimana dengan pembangunan konstruksi tingkat tinggi? Apa juga tidak rentan dari serangan teroris? Menginggat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia masih dibawah standar dan dipastikan keamanan sangat longgar, maka kita bayangkan sebenaranya apa yang akan terjadi? Serta bagaimana dengan hambatan tatanan geologi Indonesia?
KONDISI GEOLOGI INDONESIA 
Peningkatan pembangunan reaktor nuklir di Indonesia dimaksudkan untuk mengurangi peran energi batubara sebagai bahan baku pembangkit tenaga listrik yang berisiko besar ke lingkungan. Apakah Indonesia sudah memiliki kemampuan mengatasi beberapa resiko dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh berbagai jenis bencana alam yang sering terjadi di Indonesia? 
Sudah sanggupkah Indonesia mengatasi kerusakan hutan yang berasal dari pembakaran, berefek pada kabut asap terbesar di kawasan Asia Tenggara? Indonesia juga belum mampu mengatasi bencana banjir yang terjadi di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan, khususnya di Pulau Jawa dimana lokasi reaktor nuklir tersebut dibangun masih berada dalam kawasan yang rawan bencana dan efek-efek perubahan lingkungan yang ditimbulkan oleh bencana banjir. Tidak salah kalau masyarakat ada yang berkata bahwa “Penanganan bencana banjir saja, Indonesia sudah kedodoran dan lamban apalagi bila terjadi kebocoran reaktor nuklir akan menambah parah kondisi alam di Indonesia”.
Begitu juga kondisi tatanan geologi Indonesia 20 tahun ke depan, beberapa daerah rawan bencana dalam kondisi kritis energi gempa atau kritis seismic gap dalam kondisi puncak gempa yaitu gempa di Patahan Mentawai, Selat Sunda, dan Letusan Gunung berapi di Pulau Jawa untuk memberikan pukulan keras bagi keadaan perekonomian dan infrastruktur Indonesia serta dapat juga menimbulkan krisis lingkungan baru apabila pemerintah tetap berkeinginan membangun reaktor nuklir
Beberapa wilayah lapisan geologi di Indonesia yang sangat membahayakan konstruksi pembangunan PLTN di Indonesia, yang berhubungan langsung dengan lingkungan tata ruang aktivitas kehidupan. Wilayah tersebut umumnya berada dalam pertemuan antar lempeng yang membentuk zona palung laut dalam, zona subduksi gempa dan gunungapi serta zona pemekaran samudera. 
Didaerah Samudera Pasifik bagian selatan Pulau Biak atau dibatas kontinen laut dalam dengan zonasi percepatan puncak batuan yang tinggi dan wilayah kegempaan aktif yang berkorelasi langsung dengan Laut Utara Pulau Jawa, Kepulauan Banda dan Palung Laut Timor serta Parit Seram yang dapat menekan Pulau Jawa dimana rencananya akan dibangun PLTN Indonesia.
Palung di selatan Laut Jawa dan Laut Dalam Flores, yang sangat rawan dengan letusan gunung api dan gempa bumi dengan fokus dangkal, yaitu kedalaman 30-70 kilometer, Patahan Naik Busur Belakang Pulau Nusa Tenggara yang berhubungan dengan keaktifan gempa di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku, dapat memberikan efek tekanan berganda dan serta responsibilitas energi pada patahan Utara Pulau Jawa dan dapat memicu patahan yang mulai aktif di daratan Jawa agar “teraktifkan lagi” yang masih berumur Kwarter. Bila diselaraskan semuanya, baik dari masalah lingkungan tata ruang, aktivitas bencana dan kekuatan ekonomi, mampukah Indonesia mengatasinya?
KENDALA LINGKUNGAN
Solusi untuk mengatasi kendala krisis energi di Indonesia sebenarnya masih banyak, jangan cuma disebabkan oleh efek pembakaran batubara lantas Indonesia mengalihkan perhatian ke pembangunan reaktor nuklir. Untuk mengatasi kendala krisis energi, Indonesia dapat memanfaatkan lebih dari 10 jenis energi alternatif yang berada diatas dan didalam permukaan bumi Indonesia. Potensi-potensi sumber daya energi alternatif itulah yang harus dikembangkan dulu, bukan gencar mempublikasikan dan mendorong keras pembangunan PLTN di Indonesia yang gemanya semakin keras karena dalam kurun 10 tahun ini Pemerintah sepertinya semakin kuat untuk menggolkan rencana itu.
Indonesia memang memerlukan sistim energi nuklir sebagai energi terbarukan untuk mengendalikan dampak perubahan iklim dan pemanasan global dari penggunaan bahan bakar fosil transportasi dan industri tetapi harus memperhitungkan kendala lingkungan yaitu Indonesia sudah harus mempersiapkan hambatan tempat penimbunan sampah beracun berbahaya radioaktif nuklir dalam mengatasi krisis lingkungan.
Indonesia dipastikan juga mengalami hambatan pembangunan fisik reaktor nuklir yaitu anggaran yang tidak pasti, biaya perbaikan lingkungan akibat dampak-dampak yang akan ditimbulkan, dan ini memerlukan dana anggaran yang luar biasa, contohnya membangun kembali kota yang hancur akibat krisis lingkungan akibat banjir membutuhkan dana lebih 100 milyar, belum lagi gempa bumi membutuhkan dana diatas 1 triliun rupiah untuk satu kota, bagaimana bila terjadi lebih dari lima kota untuk segala jenis bencana lingkungan geologi? Silahkah pembaca kalkulasi kebangkrutan keuangan Indonesia dan hutang-hutang yang semakin menggunung.

M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer. Tulisan ini sudah diterbitkan pada Harian WASPADA Medan tahun 2011

Artikel Geologi Lingkungan : Bumi Semakin Panas dan Tercemar



BUMI SEMAKIN PANAS DAN TERCEMAR
Oleh M. Anwar Siregar

Semenjak revolusi pertanian dan menyusul revolusi industri mulailah kegiatan manusia menggunankan teknologi untuk mengubah alam yang beraneka ragam menjadi lingkungan alam yang menjurus ke seragaman.
Diiringin dengan terjadinya ledakan penduduk dan dengan dikembangkannya teknologi yang mempermudahkan manusia mengeksplorasi SDA, masuklah unsur yang mengubah pola hidup yang serba selaras dengan lingkungan, dan muncullah krisis lingkungan.
Kemajuan teknologi industri yang banyak menggunakan zat-zat kimia yang bertebaran atau meracuni ruang angkasa menyebabkan semakin kondisi atmosfer Bumi yang semakin panas dari kondisi iklim 20 tahun yang lalu. Polutan yang ditimbulkan industri transportasi telah meningkatkan suhu Bumi rata-rata diatas 370C.
PENIPISAN LAPISAN OZON DI KUTUB SELATAN
Penipisan lapisan-lapisan ozon kini telah berlangsung lebih cepat dari perkiraan teori-teori yang telah diajukan ilmuwan lingkungan dan kebumian. Posisi lubang ozon saat ini masih terdapat dan terbentuk diatas kutub Selatan setiap tahun, penipisan lapisanozon itu terjadi karena penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan hasil buatan manusia.
Selama bulan semi dari September dan November di Antartika sudah telah menelan korban, seperti embrio laut yang berkembang cacat dan mati setelah dilahirkan. Bintang laut berhenti berproduksi dan beberapa tumbuhan memproduksi zat-zat “pelindung matahari” melindungi diri dari terhadap ganasnya sinar ultra violet yang tersaring lapisan ozon.
Ozon adalah gas yang melindungi bumi terhadap radiasi ultra violet dari matahari, yang bisa menimbulkan kanker dan berbagai penyeakit lainnya.
Korban dari penipisan ozon adalah contoh margasatwa yang terdapat di Antartika yang mengalami perubahan, lubang di atmosfir bumi ini membiarkan cahaya ultra violet matahari membombardir daratan beku itu selama empat bulan dalam setiap tahun.
LUBANG OZON
Denganhancurnya tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang sederhana seperti tersebut diatas karena adanya lunamh ozon ini dan ini bisa saja terjadi pada manusia pada tingkat kehidupan evolusioner yang lebih sederhana, dampak ultraviolet akan menjadi lebih buruk, hal ini dapat ditunjukkan dengan radiasi ultra violer yang tinggi merusak bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah, seperti plankton-plankton dan kerang-kerangan. Hal ini bisa berakibat pada rantai makanan, pertumbuhan binatang laut kini secara normal atau wajar karena diterpa sinar ultra violet pada musim semi yang melewati lubang ozon. Jutaan embrio memang mengembang dekat permukaan laut sehingga anat rentang paparan sinar ultra violet.
Lubang pada lapisan ozon diatas Antartika selam musim semi dibelahan Bumi bagian Selatan besarnya sudah mencapai dua kali luas Benua Eropa atau sekitar 20 juta kilometer persegi, seperti telah dilaporkan ahli-ahli Badan Meterologi Dumia atau WMO (world meteorological Organization). Catatan terakhir tentang luas lubang ozon ini diatas Antartika adalah 22 juta kilometer persegi pada tahun 1995.
Lubang pada lapisan ozon (O3), yang melindungi Bumi dari radiasi ultra violet, sudah mencapai 20 juta kilometer atau sama dengan luas Benua Eropa yang terbentang dari Atlantik sampai Pegunungan Ural, dan semua tergantung pada sirkulasi atmosfir di lapisan stratosfir, bentuk lubang ozon ini berbentuk ellips. Lubang yang memanjang diatas Antartika itu pemunculannya lebih awal dibandingkan beberapa tahun lalu.
Lapisan ozon, lapisan gas yang labil yang berfungsi menyerap ozon menghambat sebagian besar sinar ultra violet dari matahari menjadi berlubang akibat bahan kimia ciptaan manusia. Bahan kimia itu antara lain klorofluorokarbon (CFC) yangbanyak digunakan dalam semprotan aerosol, AC dan lemari es, pestisida metil bromida dan pelarutnya.
Kawasan yang diliputi lubang ozon menurut para ilmuwan atmosfir mencapai 20 juta kilometer persegi dan tiap nilai ozonnya kurang dari 100 unit dan berarti kekurangan tersebut lebih dari 15 % yang meliputi hampir seluruh dunia/benua, lubang ozon terbentuk jika nilainya kurang dari 250 unit.
Dalam tiga lapisan berturut-turut, ozon terdapat bagian bawah pada ketinggian antara 17 – 22 kilometer diatas Antartika hampir hancur sama sekali akibat pencemaran zat-zat kimia yang dilepaskan ke udara, seperti meningkatnya kontsentrasi klorin yang dilepaskan ke stratosfir menjadikan perusakan ozon lebih buruk, dengan pola sirkulasi yang diinginkan terjadi dan khsusunya ketika temperatur stratosfer sangat rendah. Udara dingin adalah faktor utama yang mendorong rusaknya lapisan ozon oleh gas buatan manusia yaitu klorin dan bromida semakin besarnya lubang ozon yang ada sekarang.
PENINGKATAN ZAT KIMIA PADA ERA INDUSTRI
Peningkatan zat kimia yang menghasilakn polusi karbon monoksida (CO) terutama dihubungkan dengan revolusi industri dan mesin bahan bakar, pada waktu lebih awal tingkatnya lebih tinggi dibandingkan yang diperkirakan sebelumnya. Paling tidak kini es yang diambil dari Greenland dan membuktikannya lubang ozon yang semakin besar.
Hal in, disebabkan sumber CO antara tahun 1800-1850 sebelumnya hanya diperkirakan berasal dari sumber alami, sebagai bandingan polusi yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, tetapi kegiatan mansia waktu itu menggunakan kayu dan limbah pertanian sebagai bahan bakar yang belum diperkirakan penyebab rusaknya lapisan ozon. Dan juga dari emisi CO dan kebakaran hutan dikawasan Utara yang tidak masuk pertimbangan tentang peningkatan pengubahan iklim dan penyebabnya terjadinya kekeliruan tentang lubang ozon.
Untuk mengetahui kondisi udara di kutub yang dapat menyebabkan efek ruma kaca dilakukan analisis inti es yang dilakukan pengeboran yang telah dilakukan ilmuwan di Greenland Tengah dan Antertika.
Analisis udara yang terjebak dalam inti es, memberikan suatu pengertian lebih baik mengenai bagaimana gas ruma kaca seperti karbon dioksida dan metana berevolusi sepanjang abad. Tetapi tidak ditemukannya jejak adanya CO dalam inti es sampai sekarang. Konsentrasi CO di udara sulit di ukur, 1 milyar molekul udara mengandung 50 molekul CO, sedangkan ada 300 molekul CO dalam 1 juta molekul udara.
Para ilmuwan mencatat kenaikan tingkatan CO sekitar 20 % sampai pada tahun 1850, dibelahan Bumi Utara yang menggambarkan aktivitas manusia terutama akibat penggunaan bahan bakar, tetapi polusi CO tidak mencapai Antartika antara tahun 1840-1916.
Analisis CO dalam es juga bermanfaat untuk melacak variasi gas ini selama ribuaan tahun, data yang dihasilkan akan sangat bermanfaat untuk memperbaiki pengertian mengenai interaksi antar perubahan iklim dan bahan kimia atmosfir dan mungkin bisa menolong memperkirakan iklim dimasa depan.
SINAR YANG MERUSAK KESEHATAN
Radiasi lebih besar juga menyebabkan kerusakan lebih besar pada sistem reproduksi menyeluruh pada makhluk hidup, bahwa radiasi sistem ultra violet B tinggi ( UV-B) dapat merusak kromosom binatang dan menyebabkan kanker pada manusia.
Para ilmuwan menemukan kerusakan lapisan ozon di stratosfer tahun 1970-an disebabkan oleh peningkatan bahan-bahan kimia manusia terutama CFC (clrofluorocarbon). Bahan CFC ini banyak digunakan sebagai media pendinginan pada AC, lemari pendinginan (kulkas).
Namun dampak lubang ozon pada manusia masih spekulatif dan penelitian yang mengesankan masih jauh dari apa yang terjadi di Antartika. Di Inggris, meningkatnya pertumbuhan kanker kulit meningkat 10 % akibat radiasi sinar ultra violet yang lebih tinggi. Di Chili dan Argentina bagian Selatan, kawasan penduduk yang secara langsung dibawah lubang ozon, tingkat radiasi UV-B meningkat setiap tahun.
BUMI SEMAKIN PANAS
Peningkatan sumber-sumber gas energi yang semakin tinggi mengantar kondisi lingkungan juga semakin buruk, hal ini disebabkan peningkatan transportasi kendaraan dari tahun ke tahun tidak pernah turun serta meningkatnya jumlah masyarakat ke atas yang sanggup membeli kendaraan lebih dari satu jenis kendaraan.
Walaupun kini pihak pabrikabn kendaraan lebih banyak membuat kendaraan hemat energi dan bersahabat dengan lingkungan, tetapi hal ini masih terbatas jumlahnya dan tetap saja banyak kondisi lingkungan Bumi kita mengalami perusakan dan suhu tetap panas.
Jakarta sebagai ibukota RI sangat ini masuk dalam ambang kritis lingkungan dari energi-energi transportasi. Konsentrasi non metan hidrokarbon dan kadar Pb di udara ibukota telah melampaui batas beku mutu lingkungan serta sampai pada tingkatan yang membahayakan kesehatan penduduk, selain itu peningkatan konsentarsi NO2 menyebabkan terbentuknya pholochemical smog, kabut kemerah-merahan yang merupakan pemandangan sehari-hari di Ibukota, bahan tersebut sebagian berasal dari gas buang kendaraan bermotor.
Bahan bakar fosil selama ini menyumbangkan energi sangat besar pada umat manusia, tetapi dengan pemakaian yang beerlebihan dan daya dukung lingkungan yang semakin menurun, pemakaian bahan bakar fosil perlu dipertimbangkan lagi, karena gas-gas buang seperti NO2 dan CFC menjadikan Bumi semakin panas beberapa derajat Celcius dibandingkan 1 juta tahun terakhir. Bensin adalah salah satu juga bahan bakar fosil yang banyak dipergunakan pada kendaraan bermotor, bahan bakar ini mengjasilkan kalori yang tinggi dibandingkan beratnya.
Untuk itu diperlukan suatu teknologi yang hemat energi dan tidak merusak lingkungan seperti tenaga listrik yang sangat ini gencar dikampanyekan atau kendaraan berbahan bakar gas alam, serta dilakukan suatu peraturan ketat tentang penggunaan karbon monooksida pada kendaraan mobil serta zat-zat kimia lainnya. Agar lingkungan Bumi ini terselamatkan untuk generasi berikutnya.
Diterbitkan Majalah ‘SAINSTEK’ ITM Medan, edisi Mei 1995

Artikel Geologi : SDM Geologi Dalam Mengelola SDA


Minggu, 26 Februari 2012



M. Anwar Siregar
Oleh : M. Anwar Siregar. Peningkatan sumber daya manusia (SDM) bukanlah suatu pekerjaan yang ringan dalam mempercepat kemajuan bangsa dalam era globalisasi ini. Sebab, upaya untuk meningkatkan kualitas SDM banyak dimensi yang harus dirangkum dalam meningkatkan kualitas jati diri bangsa. Karena untuk menciptakan SDM yang berkualitas di Indonesia menjadi sangat kompleks sekali, diperlukan etos kerja keras, etika moral dan visi negara serta tatanan kehidupan dan bernegara melalui pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi dan terutama kemampuan Pemerintah menyediakan kebutuhan hidup bagi masyarakat yaitu kebutuhan ekonomi, sandang-pangan dan pendidikan-kesehatan.
Implikasi peningkatan dan kualitas SDM terutama bidang geologi bagi Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun disegala bidang ini maknanya sangat luas, terangkai, yang memiliki arti yang sangat beragam dan kadangkala muncul perlawanan dari keadaan/kondisi dari masyarakat yang ada. Peningkatan kualitas SDM Geologi sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia dalam mengatasi krisis pengelolaan sumber-sumber daya mineral/alam (SDA) terutama dalam mengendalikan kerusakan ekosistem lingkungan akibat penambangan illegal dan legal, penataan pola keruangan penambangan yang berbasis mitigasi lingkungan, pengendalian produksi penambangan di zona daerah rawan bencana geologis. Penemuan sumber-sumber energi terbarukan dan potensi-potensi pengembangannya di Indonesia yang sangat kompleks dengan jumlah SDM geologi yang terbatas.

Sumber Daya Manusia

Secara umum, SDM dapat dibagi dua kelompok yaitu SDM yang berasal dari masyarakat dan SDM dari birokrat (aparatur pemerintah), keduanya mempunyai bobot yang sama dalam menunjang keberhasilan pengelolaan sumber daya alam di era pemerintahan desentralisasi. Masyarakat dalam kapasitasnya sebagai penentu kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, sedang birokrat sebagai pelaksana akan kebijakan yang ditetapkan oleh masyarakat dan motor penggerak dalam pengembangan SDM.

Kedua kelompok SDM ini dapat saling melengkapkan dalam usaha kemandirian yang kuat dalam menjalankan roda pemerintahan untuk pengelolahan sumber-sumber daya alam lokal di era otonomi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Khususnya SDM geologi aparatur diperlukan dan dituntut kesiapan serta ketersediaan SDM geologi aparatur dan individu dibidang geologi yang banyak dalam era pembangunan di Indonesia untuk memberi pelayanan yang baik terhadap rakyat dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan baik kuantitatif maupun kualitatif yang akan berperan dan berfungsi motor penggerak dalam mengantisipasi eskalasi perubahan sosial lingkungan terutama dalam mengupayakan pemberdayaan kualitas pengelolaan lingkungan sumber daya alam geologi pertambangan daerah didalam kerangka ruang dan waktu, yang kuat, efisien, efektif dan akuntabilitas serta profesional.

Diperlukan kebijakan pemerintahan dalam membuka akses SDM geologi ke Pemerintahan karena jumlah kualitas SDM aparatur geologi masih terbatas, upaya dalam pengendalian kebencanaan geologi masih terkendala dalam memberikan pelayanan yang optimal karena tiap daerah di Indonesia belum banyak terdapat ahli geologi, bukti ini dapat dilihat pada daerah kabupaten-kota di Sumatera Utara, Madina, Tapsel, Paluta dan Nias-Nisel termasuk salah satunya daerah yang rawan bencana dan jumlah ahli bidang pertambangan juga sangat sedikit, potensi SDA yang ada belum terkelola dengan baik dan optimal.

Pemanfaatan Sda

Secara eksplisit, dapat dikatakan juga bahwa otonomi daerah merupakan suatu kesempatan bagi SDM geologi daerah untuk memposisikan diri sebagai motor pembangunan didaerahnya dan dapat juga mengetahui atau mengoptimalkan semua sumber daya alam secara maksimal untuk pembangunan daerah masing-masing dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas SDM. Mengingat, bahwa SDA ada batas-batasnya atau mungkin suatu saat ada yang habis, apalagi tidak bisa diperbaharui dalam jangka pendek seperti minyak dan gas bumi (migas).

Pemanfaatan SDA, selain seiring dengan kemajuan dan kualitas SDM yang meningkat harus juga memperhatikan aspek lingkungan dan sosial dimana lokasi sumber pengelolaan SDA itu mungkin akan terjadi, ini dikarenakan menyangkut pengelolaan SDA harus profesional dan tidak melanggar etika perencanaan pola keruangan yang sudah ditetapkan, pemanfaatan hasil produksi penambangan SDA juga memperhatikan kemampuan lokasi pembuangan sampah akhir yang terbatas. Hasil-hasil pengelolaan penambangan itu diperlukan kemampuan SDM geologi berkualitas untuk menciptakan peralatan teknologi dan tata ruang yang ramah lingkungan. SDM geologi harus mampu memperhitungkan dan memperhatikan sumber daya yang terkandung/kapasitas cadangan yang dimiliki suatu daerah di Indonesia dalam mencegah atau mengurangi dampak terhadap lingkungan sebagai upaya kesinambungan pengelolaan dan pemanfaatan SDA bagi generasi berikutnya.

Peningkatan Sdm Geologi

Faktor-faktor peningkatan SDM geologi dari manusia, yaitu berkaitan dengan strategi, langkah, metode, lembaga, baik dari swasta ataupun pemerintah serta kemampuan dana untuk mewujudkan kualitas SDM yang unggul. Ada beberapa elemen yang dapat menghasilkan SDM individu geologi yang berkualitas dalam menjalankan roda pemerintahan dan pengelolaan sumber daya alam. Pertama, pengembangan kualitas individu, baik birokrat maupun masyarakat, yaitu suatu langkah untuk mengembangkan kualitas dari cara melihat potensi yang ada didalam diri, baik kelebihan maupun kelemahan. Melalui jenjang pendidikan dan ilmu serta pengalaman yang dapat dijadikan dasar untuk melangkah ke depan. Pengamatan potensi diri untuk pengelolaan SDA secara komprehensif dengan pola berpikir proaktif, dengan cara harus melalui suatu tahapan/proses dan kerja keras, bermental kuat dalam menghadapi persaingan di era globalisasi.

Faktor ini dikarenakan penguasaan kemampuan geologi harus memiliki karakter kerja keras, wawasan ilmu dan kemauan untuk maju. Menguasai ilmu geologi tidak cukup melalui teoritis tetapi juga pengalaman dilapangan dan masalah-masalah lingkungan yang dihadapi sangat kompleks dan rumit. Contohnya pada daerah kaya energi tapi juga kaya dengan berbagai bencana geologi. Keduanya saling berhubungan erat dalam mengendalikan dampak yang terjadi.

Kedua, membuat perencanaan kurikulum pendidikan di perguruan tinggi di daerah secara matang, sesuai dengan karakteristik geologi yang menyusun bentang alam daerah tersebut, memuat kurikulum geologi lokal yang menjadi andalan dalam penguasaan IPTEK terutama dalam mengelola SDA, mengembangkan tradisi keilmuan pada kalangan civitas akademika sebagai basis keilmuan bagi kehidupan masyarakat untuk memahami lingkungan geologi.

Ketiga, idealisme dari individu untuk mencapai cita-cita yang tinggi sehingga mendorong elemen dan komponen dari berbagai masyarakat untuk mencapainya. Hanya bisa dipacu melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan-pelatihan serta pengembangan pemikiran melalui literatur-literatur yang bermutu hingga pada upaya penerapan keilmuan untuk kepentingan masyarakat luas.

Keempat, perencanaan kehidupan dimasa depan, yaitu berupa visi, tujuan ataupun cita-cita yang dilandasi dengan disiplin tinggi, etos kerja keras, etika moral dan team work, agar dapat mewujudkan visi daerah dan nasional dimasa depan.

Kelima, ditunjang dengan kepemimpinan yang baik, yang merumuskan visi dengan semangat kerja keras dan membentuk organisasi kerja yang rapi. Serta keenam, mengembangkan jiwa "team work". Sebab dengan kemampuan team work yang rapi akan menghasilkan sinergi yang mampu menyatukan kekuatan manusia Indonesia untuk mewujudkan tujuan visi kehidupan daerah dalam mengelola SDA yang berkelanjutan dimasa depan.

Kualitas Hidup

Sebagai perbandingan, pengalaman negara-negara didunia, yang terbatas SDA lebih banyak ditentukan kualitas pendidikan yang secara langsung menghasilkan SDM yang andal dalam mengelola SDA yang terbatas, misalnya Jepang yang memiliki karakteristik kerentanan geologis yang tinggi mampu meningkatkan kualitas hidup rakyatnya melalui pengelolaan SDA dengan kemampuan kualitas SDM yang unggul karena tingkat penyediaan kebutuhan pendidikan yang gratis dan berkesinambungan melalui pelayanan aparatur pemerintah yang akuntabilitas dan kerja keras sehingga bangsa Jepang mampu bangkit dari kekalahan perang dunia ke dua (PD II) sebagai kekuatan ekonomi dunia yang tangguh dengan mampu menciptakan peralatan teknologi salah satunya mengekspor peralatan sistem peringatan dini di Samudera Pasifik.

Ironisnya, di tengah kelimpahan SDA ternyata perguruan tinggi di Indonesia yang seharusnya menjadi subyek dalam mengelola sumber daya alam, belum mampu berperan sebagaimana mestinya. Ini dibuktikan penciptaan teknologi kebencanaan? Salah satu upaya peningkatan kualitas SDM geologi, dapat dilihat dari mutu dan jumlah institusi PT. Jumlah Perguruan Tinggi (PT) yang membuka jurusan keilmuan geologi di Indonesia juga sangat sedikit sekali yaitu berjumlah 14 PT dan tiap daerah berlomba-lomba membuka jurusan non teknik atau sosial, sedangkan kebencanaan alam setiap saat datang menghancurkan negara ini!

Untuk mewujudkan visi yang baik adalah yang sesuai dengan realitas serta disesuaikan pada kehidupan daerah dan bangsa dimasa lalu maupun dimasa depan atas dasar mengenai berbagai hal, salah satunya mengembangkan pengelolaan SDA yang berkesinambungan dan pengurangan dampak kebencanaan lingkungan geologi yang harus menjadi fokus utama pembangunan yang dicita-citakan. Kemampuan untuk mendefinisikan visi diperlukan komitmen yang kuat terutama individu bermental kuat kearah yang tepat untuk merealisasikan pembangunan yang telah terprogram dengan sistematis.

Pelaksanaan otonomi pengelolaan SDA yang diserahkan kepada pemerintahan daerah harus memberikan suatu bentuk pemerintahan yang bersih, memiliki akuntabilitas publik yang tinggi serta kapabilitas dalam penyelenggaraan otonomi daerah yang sesuai diamanahkan oleh konstitusi nasional. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan SDM geologi atau kebumian yang profesional yang akan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Didukung oleh kemampuan manajemen SDM untuk memanfaatkan SDA daerah yang optimal dan terencana untuk kepentingan masyarakat agar mewujudkan visi yang dicita-citakan.***

Penulis adalah Geologist-Enviromentalist, Pemerhati Masalah Tata Ruang-Lingkungan dan Energi-Geosfer. Tulisan ini dapat juga di baca di HARIAN ANALISA MEDAN, TGL 25 PEBRUARI 2012

Artikel Geologi Recources : Ironi Panas Bumi di Negeri Gunung Api


Kamis, 26 Januari 2012



IRONI PANAS BUMI DI NEGERI GUNUNG API
Oleh M. Anwar Siregar

Sepanjang sejarah kehidupan manusia di Bumi, pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi telah dituntutnya persediaan energi. Untuk memenuhi kebutuhan energi maka diperlukan eksploitasi dan eksplorasi energi yang terus menerus. Energi panas bumi adalah solusi yang tepat dalam mengatasi krisis energi listrik di Indonesia dan momentum untuk penghematan pengeluaran negara serta menekan menaikkan tarif dasar listrik.
NEGERI GUNUNG API
Potensi panas bumi Indonesia ada dikarenakan posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yaitu lempeng Hindia Australia, Eurasia, dan Pasifik, menjadikan Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk partial melting batuan mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat perjalanan ke permukaan. Proses tersebut membentuk kantong-kantong magma berkomposisi asam hingga basa yang berperan dalam pembentukan jalur gunung api yang dikenal sebagai lingkaran api Pasifik (ring of fire). Keberadaan rentetan gunung api beserta aktivitas tektoniknya ini yang dijadikan dasar dalam penyusunan model konseptual pembentukan sistem panas bumi Indonesia.
Dengan posisi penumbukan lempeng bumi memungkinkan Indonesia memiliki sebaran gunung api terbesar dan terbanyak serta terpanjang di dunia yaitu 400 gunungapi, 130 gunung api aktif tetap dan panjang mencapai 7.000 km, lebar 50-200 km, yang memperlihatkan kegiatan sejak Kwarter, jalur pembentukan panas bumi di Indonesia dari ujung barat Sumatera sampai ke pulau Nusa Tenggara, kemudian melengkung ke Maluku dan Sulawesi Utara di bagi tiga tipe karakteristik sehingga memungkinkan seluruh wilayah Indonesia memiliki potensi panas bumi yaitu vulkanik, graben (vulkano-tektonik), dan non vulkanik sehingga Indonesia pantas disebut negara panas bumi terbesar di muka bumi namun potensinya masih terabaikan dan laju investasi yang sangat lambat, dan menimbulkan sebuah ironi, negeri kaya sumber daya alam namun kedodoran dalam melegitimasi potensi yang ada.
IRONI POTENSI
Sebagai negeri yang berada di ring of fire, membuat Indonesia memiliki potensi cadangan sumber energi panas bumi mencapai 28.000 MW hingga tahun 2009. Potensi sebesar itu merupakan 40% dari sumber panas bumi dunia. Jika bisa dimanfaatkan selama 30 tahun, energi tersebut setara dengan 12 miliar barel minyak bumi untuk mengoperasikan pembangkit listrik. Kenyataan saat ini menimbulkan sebuah ironi, baru bisa memanfaatkan sumber energi panas bumi sebesar 2.000 MW, meski sudah sejak 36 tahun lalu mengembangkannya.
Disini ada kesenjangan yang menimbulkan ironi dalam pemanfaatan kelebihan panas bumi, jika dalam penemuan lapangan panas bumi Indonesia selalu ada peningkatan yaitu ditemukan potensi panas bumi yang berprospek, tercatat sejak tahun 1998 jumlah panas bumi adalah 217 lapangan eksplorasi, pada tahun 2005 ditemukan lagi prospek lapangan bumi menjasdi 251 serta pada tahun 2011 naik menjadi 265 lapangan antara lain terdapat di NAD 17 lokasi, Sumatera Utara 16 lokasi, Riau 1 lokasi, Jambi 8 lokasi, Sumatera Selatan terdapat 8 lokasi, Sumatera Barat terdapat 16 lokasi, Bengkulu 6 lokasi, Lampung 13 lokasi, Banten 5 lokasi, Jawa Barat 40 lokasi, Jawa Tengah 14 lokasi, Yogyakarta 1 lokasi, Jawa Timur 11 lokasi, Nusa Tenggara Barat 3 lokasi, NTT 18 lokasi, Bali 5 lokasi, Sulawesi Tenggara 13 lokasi, Sulawesi Tengah 14 lokasi, Sulawesi Utara 5 lokasi, Sulawesi Selatan 16 lokasi, Gorontalo 2 lokasi, Maluku 15 lokasi, dan Papua terdapat 2 lokasi dengan total potensi 28,5 GW atau 220 juta BOE/28,5 Mega Watt (MW)
Namun, dalam penggunaan potensi panas bumi sebagai energi listrik dari tahun 1998 hingga 2011 Indonesia bukanlah negara pengguna energi panas bumi (pabum) terbesar di dunia yaitu baru sebesar 1.189 Mega Watt energi (MWe) atau setara 4,2 % dari cadangan panas bumi Indonesia pada tahun 1998. Dan lebih tragis lagi, sebagai perbandingan dalam penggunaan energi pabum, Indonesia kalah dari Filipina telah menggunakan energi pabum hingga 1.839,95 Mwe pada tahun 1998, sekarang sudah mencapai 3.000 MWe (2011) dengan kapasitas 4.700 MWe, Amerika Serikat dari 4.000 Mwe menjadi 5.000 MWe (2011) dari 17.000 MWe, Islandia 6.800 MWe, menjadi 7.000 MWe. Sedangkan Indonesia baru mencapai 2.000 MWe tahun 2011 dari 28.500 MW. Atau 40 % cadangan panas bumi dunia.
Yang membuat semakin ironi dari potensi yang ada adalah jumlah lapangan eksplorasi panas bumi yang telah berproduksi sekitar 35 lapangan eksplorasi dengan tingkat produksi mencapai 240 MW. Salah satu lapangan panas bumi di Sumatera Utara yang berprospek namun masih terabaikan adalah panas bumi Sarulla dan Sipirok, nasibnya mengambang tragis akibat investor tidak melanjutkan akibat krisis dan pajak yang besar.
TARGET
Sejalan dengan itu, target pemerintah untuk pemasokan dari pemanfaatan panas bumi sebesar 6.000 MW sampai tahun 2020 yang masuk dalam program pembangunan pembangkit listrik 10 ribu MW tahap II baru terealisasi penambahan 200 MW hingga tahun 2006 menjadi total energi yang termanfaatkan sekarang 2.000 MWe (2011). Sedang target antara dalam lima tahun sejak tahun 2011 ke tahun 2015 pemerintah mengupayakan penambahan daya listrik dari sumber energi panas bumi 4.000 MW.
Apakah target ini akan terealisasi? Jika melihat pertumbuhan pasokan energi panas bumi tersebut, rasanya akan berat terealisasi, begitu juga kemampuan Perusahaan Pertamina Energi Geothermal dalam meningkatkan produksi 3.500 MW hingga tahun 2012, dan produksi yang dihasilkan baru 240 MW, sedangkan pada tahun 2014 target sumber energi panas bumi yang bisa dihasilkan diperkirakan 2.000 MW dan tahun 2020 hanya akan meningkat menjadi 5.800 MW.
 INVESTASI
Bagaimana mau memenuhi target investasi panas bumi di Indonesia jika pemerintah tidak memberikan keringanan insentif terutama pajak bagi investor sehingga laju investasi pengembangan panas bumi sangat lambat dibandingkang dengan penemuan cekungan minyak dan gas bumi di Indonesia. Ini sangat tragis sekali bagi Indonesia sebagai negeri gunung api yang kaya panas bumi sehingga potensi tersebut seperti terabaikan, sedangkan dilain pihak kebutuhan energi listrik sudah sangat mendesak bagi kalangan industri dan masyarakat untuk mengejar ketertinggalan bangsa.
Laju kedatangan investasi panas hanya 4% total dari investasi untuk sumber daya listrik di Indonesia. Biaya untuk membangkitkan listrik dari panas bumi ini sekitar 3 juta dollar AS per 1 MW dari total mencapai 7 juta dollar AS sejak dari penemuan hingga berproduksi. Investasi awal itu kerap dianggap sebagai biaya yang besar karena mencapai 43 persen yang berlaku sejak investor memulai kegiatan eksplorasi dengan harga listrik yang diberikan oleh pemerintah adalah 4,5 sen dollar per kWh. Jauh dari harga layak bagi energi panas bumi adalah 6-10 sen dollar di pasaran dunia. Salah satu penyebab kenapa investor tak mau mengeluarkan uang, maka produksi listrik dari panas bumi masih kisaran dibawah 250 MW dalam 10 tahun.
Bandingkan dengan Philipina membebaskan pajak selama 6 tahun begitu juga China memberikan keringanan pajak sampai 8 tahun sehingga kedua negara ini paling agresif dalam mengejar investor dalam meningkatkan  pemanfaatan panas bumi.
Panas bumi harus dijadikan sebagai energi andalan masa sekarang, mengingat pengembangan energi listrik dari panas bumi semakin kuat menjadi energi global karena bahan bakar minyak semakain mahal dan terbatas. Sehingga panas bumi perlu investasi yang lebih intensif sebagai sumber ketahanan listrik bagi Indonesia, sehingga tidak akan ada cerita tentang kelangkaan energi dan tidak ada daerah belum dialiri listrik.
Tulisan ini sudah di muat atau diterbitkan pada Harian "ANALISA" Medan tanggal 14 Januari 2012

Artikel Geologi Gempa : Tentang Gempa Jepang


Selasa, 20 Desember 2011



M. Anwar Siregar
Jepang mengalami 20 persen gempa bumi terbesar di dunia karena terbentuk pada paparan pinggiran lempeng benua
Bumi merupakan bola besar dengan garis tengah lebih kurang 12.740 km, lapisan kerak bumi yang berupa lempeng-lempeng bergerak merayap dengan kecepatan orde sentimeter per tahun. Le Pichon membagi tataan geologis lempeng dunia menjadi 6 lempeng, antara lain Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Antartika, Lempeng Pasifik, Lempeng Afrika dan Lempeng Amerika. Sebagian lempengan itu bergeser membawa dasar samudera dan sebagian lempeng membawa lempeng benua.
Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat lentur dan pergerakan paling aktif diantara lempeng besar yang ada di permukaan bumi. Sedangkan Lempeng Eurasia berjenis Lempeng Benua, bersifat rigid atau kaku, dan bergerak lambat. Pergerakan lempeng itulah yang menyebabkan sering terjadinya gempa di Jepang dan Indonesia.
Dan kini giliran Jepang mengalami bencana maut tsunami, dengan kekuatan menghancurkan dua kota Prefektur di Utara Jepang atau terletak di Pulau Besar Honshu yang telah mengalami pergeseran sumbu bumi. Dalam sejarahnya telah berulang kali mengalami tsunami besar, dan gempa yang terjadi hari jumat (11/3/2011) dengan kekuatan 8,9 skala richter terbesar dalam sejarah gempa yang tercatat pernah berlangsung di Jepang dalam kurun 140 tahun.
Rawan gempa
Komite Riset gempa Jepang (10/3/2011) memperkirakan 70 persen kemungkinan gempa besar berkekuatan 8 skala richter akan terjadi kembali dalam 30 tahun ke depan. Namun kenyataannya terjadi gempa berkekuatan 8,9 SR dua hari kemudian setelah gempa kuat dengan kekuatan 7,3 SR. Berarti ada efek yang sangat mengganggu ”isi perut” bumi Jepang.
Sebab, Jepang berada di kawasan lingkar api Pasifik dan ibukota pemerintahan Tokyo berada di lokasi rawan gempa yang paling berbahaya. Tokyo berada di atas pertemuan tiga lempeng benua, yaitu Lempeng Eurasia, Pasifik dan Laut Philipina sehingga tidak mengherankan jika wilayah Jepang banyak ditemukan gunung api dan mengalami 1.000 gempa setiap tahun .
Tokyo termasuk dalam daerah struktur geologi Kanto yang secara aktif berinteraksi dengan Lempeng Filipina, Pasifik, dan Eurasia. Sejarah gempa Kanto pernah meluluhlantakan Tokyo tahun 1855 dan 1923 memakan korban jiwa 142,807 orang, Gempa besar lainnya menghantam wilayah Jepang adalah gempa Kobe berkekuatan 7,3 SR tanggal 17 Januari 1995. Guncangan gempa di kota Kobe itu berlangsung 20 detik mampu menelan 5,500 orang tewas karena hancurnya tiang sanggahan jalur kereta Hanshin Expressway yang menghubungkan kota Kobe dengan Osaka, deretan pilar beton sepanjang 600 meter terbalik. Gempa bumi terbesar di Kobe merupakan salah satu yang paling mematikan yang melanda sebuah kota moderen.
Daerah rawan gempa di wilayah Jepang Utara merupakan sebagai bagian dari Lempeng Filipina. Jepang mengalami 20 persen gempa bumi terbesar di dunia karena terbentuk pada paparan pinggiran lempeng benua. Pulau besar di Jepang merupakan hasil interaksi pembenturan antar lempeng yang membentuk pulau-pulau vulkanik antara Lempeng Pasifik-Lempeng Laut Filipina dengan Lempeng Eurasia terletak di Utara seperti halnya pulau vulkanik di Pantai Barat Sumatera akibat pembenturan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia dan membentuk zona benioff dan prisma akresi yang bergeser dengan deformasi vertikal sehingga dapat menyebabkan tsunami di sekitar kegempaan megatrust Nias dan Menrawai.
Efek samurai tsunami
Deformasi vertikal akibat gempa 26 Desember 2006 telah memberikan indikasi adanya longsoran-longsoran lokal pada struktur antiklin yang telah mengubah kondisi batimetri kelautan di kawasan Pantai Barat Sumatera akibat pembenturan antar Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia memberikan indikasi bahwa setiap terjadi gempa besar diatas 8.5 SR akan ada perubahan deformasi kerak bumi di dasar laut berupa rupture (robekan). Kekuatan terjangan gempa Aceh telah memberi efek kondisi anomali kemagnetan bumi telah mengubah koordinat beberapa pulau vulkanik di kawasan pantai Barat Sumatera.
Gempa di Jepang 11 Maret 2011 hampir mendekati kekuatan kedahsyatan gempa Aceh dengan magnitude 8,9 SR, dengan menerjang ke pulau-pulau vulkanik di Pasifik Selatan. Dipastikan wilayah geologis Jepang mengalami deformasi yang kuat. Efek gempa Miyagi telah mengubah sumbu bumi (aksis) di lokasi gempa sejauh 25 sentimeter dan menggeser pulau besar di Jepang yaitu Pulau Honshu sejauh 2,5 meter dari posisi sebelum gempa. Hal ini akan menyebabkan ada pembentukan kulit bumi yang baru, yaitu dapat saja berupa robekan baru ataupun ada zona pembentukan “bisul” pada perut bumi di Negeri Sakura, apabila ada gempa di atas 8.5 skala Richter.
Dan apabila hal ini terjadi dapat membahayakan dan meningkatkan intesitas pengumpulan energi pada zona pinggiran perbatasan lempeng bumi menjadi perubahan singkat pelepasan energi seismik. Deformasi jalur-jalur tumbukan baru disekitar dekat pantai, dan umumnya kejadian tsunami dahsyat yang berlangsung di Jepang berada tidak jauh dekat pantai (tsunami near-field).
Gempa susulan yang masih berlangsung dengan kekuatan di atas 6.0 SR akan berdampak pada perubahan tatanan geologis kerak Lempeng Filipina danpasifik akibat pergeseran tersebut, efek yang perlu diwaspadai bagi Indonesia karena pergeseran akan ada pendesakan ke zona lain, sebab dua pulau Indonesia berada dalam aktivitas ancaman gempa di zona subduksi patahan Jepang yang telah memberikan tanda berupa terjangan tsunami dengan ketinggiannya mencapai 2,5 meter di Jayapura dan Halmahera.
Kondisi ini mengingatkan kita pada pantai Barat Sumatera, hampir setiap tahun mengalami gempa kuat merusak karena faktor deformasi kerak bumi mengalami “pendesakan” dan memerlukan suatu ruang untuk berinteraksi dan menunjukan jati diri misalnya pembentukan gunungapi baru seperti disebelah baratdaya Bengkulu karena wilayah laut Indonesia yang luas dianggap tepat untuk ditekan sebagai bagian dari dinamika proses menuju keseimbangan/isostatis di permukaan bumi yang menyebabkan relaksasi bumi belum berhenti dan gempa sampai detik ini terus berlangsung.
Lempeng Jepang
Seorang ahli geologi dari Jepang menyatakan bahwa dirinya menemukan satu lempeng tektonik baru di bawah Tokyo. Jika temuan ini benar, pemerintah Jepang harus mengevaluasi rencana penanggulangan gempa bumi yang telah dibuat sebelumnya. Temuan ini di umumkan pada tahun 2010, demikian dilansirkan kantor Berita Kyodo Oktober 2010 lalu dan diperkirakannya bahwa Jepang mungkin mengalami guncang-guncangan gempa yang hebat dan terbukti pada tahun ini di bulan Maret, Jepang dua kali mengalami kekuatan gempa kategori kuat sampai dengan sangat kuat
Hasil penelitian Dr. Shinji Toda berpendapat bahwa struktur geologi Kanto di Pulau Honshu dimana kota Tokyo berdiri sebenarnya merupakan lempeng independen. dan diapit oleh ke empat lempeng besar (Filipina dan Pasifik di selatan serta Amerika Utara dan Eurasia di utara) sehingga wilayah dari utara hingga selatan Jepang terus mengalami pendesakan dan pembenturan.
Dr. Shinji Toda, kepala peneliti di Active Fault Research Center di National Institute of Advance Industrial Science and Technology mengaku telah menganalisa data 150 ribu gempa bumi dengan kekuatan di atas 2 SR antara tahun 1979 hingga 2004 di daerah Kanto. Jika penemuan Toda terbukti, Jepang harus mengevaluasi kebijakan mengenai penanganan gempa bumi di sekitar Tokyo karena sebelumnya menggunakan asumsi bahwa daerah tersebut menjadi bagian Lempeng Tunggal Filipina. "Kami membutuhkan gambaran dasar untuk memahami mekanisme terjadinya gempa bumi, termasuk struktur lempeng tektonik," kata Toda sebagaimana dilaporkan oleh lembaga penelitian tersebut.
Renungan dan pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk mempersiapkan tata ruang yang berketahanan bencana karena gempa yang terjadi di Jepang mampu meredam bangunan yang rusak dan mereka mampu mengurangi dampak buruk yang terjadi dari bangunan raksasa yang ada dan tidak menyebabkan terjadi efek ground shaking dan jikapun ada bangunan yang rusak, lebih di faktor oleh kondisi geologis air tsunami yang membawa berbagai bahan yang berat untuk tekanan bagi bangunan yang rapat. Sampah-sampah bawaan tsunami ini lebih menghancur dan merobohkan bangunan di Jepang, bukan akibat tekanan goyangan gempa. ***** ( M. Anwar Siregar : Penulis adalah Geologist, Pemerhati Masalah Lingkungan Dan Geosfer ) Tulisan ini sudah dimuat pada harian WASPADA Medan 23 Maret 2011

Artikel Geologi Gempa : Mentawai Terkoyak Gempa


Selasa, 29 November 2011



MENTAWAI TERKOYAK GEMPA
Oleh : M. Anwar Siregar

Kerak bumi terbentuk oleh batuan-batuan yang bergerak diatas suatu litosfera itu telah mengalami proses daur ulang, dan batuan baru yang akan membentuk permukaan bumi juga rentan mengalami penghancuran. Terbentuk suatu lapisan yang diskontinuitas dan memudahkan energi seismik bergerak cepat ke lapisan batuan yang tidak homogen dan meneruskan penghancuran yang jauh dari pusat terjadinya gempa.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Pemahaman terhadap pembentukan daur ulang batuan-batuan di litosfera pada kedua sisi mid oceanic ridge membuka tabir misteri proses terjadinya gempa bumi.
Kemajuan iptek kebumian yang pesat, terutama dalam teknik pencitraan seismik dan kemampuan ahli kebumian membedah tubuh dalam bumi seperti seorang dokter yang membedah tubuh manusia melalui USG, ahli kegempaan bumi juga menggunakan teknik ini dengan teknik geotomografi yang dikembangkan pertama kali ahli geofisika Indonesia Sri Widiantoro yang dapat mengamati lekuk gerak lempeng di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis untuk memperkuatkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
RELAKSASI BUMI INDONESIA
Tekanan yang kuat dari berbagai arah kawasan yang melingkupi wilayah Indonesia oleh empat lempeng raksasa telah mengompres wilayah Indonesia untuk menghasilkan gelombang seismik transversal pada pertemuan lempeng karena gempa paling merusak di Indonesia rata-rata disebabkan oleh gelombang transversal dengan model pergerakan tumbukan yang difaktorkan oleh perbedaan kondisi tatanan geologi antara lain 1. Terjadi perbedaan kesenjangan seismik antara di Kepulauan Mentawai dengan Nias-Simeulue. Kepulauan Maluku-Sulawesi dengan Kepulauan Biak-Papua, 2. Perbedaan pergerakan blok-blok patahan ditiap titik lemah yang ada dipermukaan bumi Indonesia yaitu blok gempa di Pantai Barat Sumatera cenderung ke arah Baratlaut dan memotong ke arah Tenggara ke daratan Sumatera, blok gempa di patahan Laut Jawa bagian Utara dan Selatan bergerak ke Timur Laut lalu ke arah Baratdaya dan blok patahan naik di Nusa Tenggara hingga ke Laut Arafuru bergerak ke Timur ke Utara atau Timur ke Tenggara dan tertekan akibat ada penekanan dari Lempeng Eurasia yang bergerak ke Selatan dan Lempeng Philipina ke Tenggara ke arah Utara blok patahan pulau burung Irianjaya Barat. Lempeng Pasifik menekan blok patahan Sorong-Rassikin di daratan Papua dan pulau-pulau kecil Pasifik kearah Barat untuk mengompreskan wilayah Indonesia dibatas pertemuaan Lempeng Australia di Laut Patahan Banda/Maluku yang bergerak ke Utara lalu memotong ke arah Barat-Baratdaya di Pantai Barat Sumatera, Patahan di Utara Sulawesi di Lempeng Sangihe menekan dengan bergerak ke Timur parit Halmahera sehingga ada pemekaran laut di blok patahan Sulawesi dengan menekan daratan Sulawesi Barat-Gorontalo dengan mendorong tekanan energi pengompresan lagi ke Teluk Tomini Sulawesi Tengah ke Laut Maluku.
Bisa dibayangkan bagaimana gerak relaksasi bumi itu bergerak menekan bumi ruang Indonesia disegala arah di zona patahan tersebut diatas, seperti gelombang yang memancar dengan datang bertubi-tubi untuk saling mendesak zona patahan yang ada di bumi Indonesia. Satu blok patahan mengalami perumukan maka akan ada gerak gelombang sebagai gerak relaksasi bumi untuk mencari keseimbangan.
Jika pergerakan lempeng terjadi di Samudera Pasifik maka akan kita rasakan ada pendesakan kiri kanan diantara pendesakan ataupun pemisahan dalam tubuh lempeng, maka energi gerak gelombang gempa bumi dari batuan akan memerlukan ruang ke zona lainnya, sehingga akan ada pembalikan energi ke zona yang rentan kesenjangan energi (seismik gap) ke wilayah Samudera lain, misalnya Samudera Hindia, maka wilayah Indonesia akan merasakan suatu goncangan yang kuat, difaktorkan zona subduksi yang terdekat saling terpicu, berakhir pada kehancuran dan keremukan batuan yang menghimpun suatu tata ruang, hal inilah menyebabkan relaksasi bumi belum berhenti di Pantai Barat Sumatera terutama di Propinsi Sumatera Barat dengan terjadinya gempa kuat disertai tsunami ke daratan pantai Kepulauan Mentawai dengan pusat gempa di sebelah baratdaya pulau Pagai Selatan dengan kekuatan 7.2 Skala Richter dengan kedalaman 10 kilometer, gempa yang cukup dangkal dan tidak mengherankan menghasilkan tsunami dan menewaskan lebih 120 jiwa. (artikel ini ditulis tanggal 26 Oktober 2010).
KONDISI GEOLOGI
Kondisi geologi gempa di sekitar pulau Mentawai pasca gempa Sumatera Barat pada tahun 2007 dan 2009 masih terus melakukan penyesuaian dan deformasi kekuatan patahan di Mentawai juga masih dalam keadaan tidak stabil sejak terjadi gempa dahsyat Aceh-Andaman pada tahun 2004, yang diperlihatkan oleh intensitas pelepasan kekuatan energi seismik semakin meningkat, pada tahun 2006 energi seismik yang dilepaskan sebesar 5.1 Skala Richter (SR), pada tahun 2007 ketika terjadi gempa Bengkulu, patahan Mentawai melepaskan energi ketegangan dengan kekuatan 5.3 SR, tahun 2008 terjadi pelepasan energi gempa mencapai 5.5 SR dan tahun 2009 zona seismik melepaskan energi gempa 5.8 SR serta tahun 2010 dengan kekuatan 7.2 SR.
Kondisi tatanan geologi tektonik Kepulauan Mentawai berada didaerah pertemuan dua lempeng yakni Lempeng Samudera Indo-Australia dan Lempeng Sunda. Lempeng Indo-Australia menabrak dan menunjam kebawah Lempeng Benua Sunda dengan kecepatan relatif sebesar 7 cm per tahun. Penunjaman kebawah dari lempeng samudera dikarenakan oleh struktur batuan yang lebih padat dibandingkan dengan lempeng benua. Bidang pertemuan dari dua lempeng ini disebut sebagai subduction interface (zona subduksi pertemuan perbatasan antar dua lempeng).
Dalam rentang perioda interseismic terjadi pengumpulan dan akumulasi energi di subduction interface di patahan Mentawai. Gempa Bengkulu yang terjadi tahun 2000, dan 2007 berepicenter di Pulau Enggano sehingga transfer energi akan terdesak ke zona patahan Mentawai, begitu juga gempa yang terjadi di Aceh tahun 2004 dan Nias-Simeulue tahun 2005 dan 2010 “mengirimkan” energi ke patahan Mentawai, selanjutnya energi di Patahan Mentawai dilepaskan setengah-setengah dari tahun 2006 berkekuatan 5.1 SR hingga ke tahun 2009 mencapai 5.8 SR. Energi penyerapan yang selama ini terkumpul dalam sepuluh tahun atau sekitar 177 tahun dari gempa dahsyat yang terakhir terjadi tahun 1833 pada akhirnya dilepaskan melalui gempa ketika batuan tidak dapat menampung energi lagi disertai tsunami setinggi 3-12 meter.
TERKOYAK GEMPA
Sumatera Barat pada tiga tahun berturut-turut mengalami gempa kuat dan merusak dan disertai tsunami maut. Gempa Mentawai terjadi akibat penumbukkan Lempeng Indo-Australia ke Lempeng Eurasia yang menyebabkan tsunami naik akibat ada diskolasi pergerakan turun dan naik pada ujung pertemuan lempeng sehingga naiknya permukaan air laut.
Gempa Mentawai merupakan bagian dari pembenturan dua lempeng yang saling menekan sehingga akumulasi energi yang selama ini ditanggung oleh patahan Mentawai melampaui batas elasitas, namun energi yang dilepaskan baru 1/3 karena biasanya zona subduksi yang tertekan ditengah dua blok patahan kegempaan besar di blok patahan Aceh-Nias di utara dan blok patahan di selatan ujung Patahan Besar Sumatera-Jawa di Selat Sunda seharusnya mampu melepaskan energi yang lebih keras.
Dan tatanan kondisi geologi di dasar laut di Pantai Barat Sumatera masih belum stabil oleh rentetan gempa-gempa besar di Bengkulu dan Sumatera Barat serta Aceh dalam kurun 10 tahun terakhir ini, seharusnya ada tsunami dahsyat walau tidak sedahsyat tsunami Aceh masih lebih “mematikan” dibandingkan tsunami Pangadaran di Jawa Barat tahun 2007. Andaikan terjadi maka tsunami Mentawai “mungkin” mendekati Pantai Teluk Padang dan Muko-muko.
Dalam sejarahnya, Mentawai dua kali mengalami gempa besar pada tahun 1797 berkekuatan 8.3 SR di Pulau Sipora dan gempa dengan kekuatan 8.5 SR tahun 1833 di Pulau Pagai. Diprediksi masih akan melepaskan energi gempa lebih keras daripada tahun ini karena kondisi anomali lempengan bumi masih melepaskan relaksasi ketegangan dan menjadikan Sumatera Barat masih terkoyak gempa khususnya Mentawai masih melepaskan energi gempa yang sangat mematikan disebabkan oleh beberapa faktor kondisi geologi.
1. Anomali medan stress di perbatasan pertemuan antar lempeng masih dalam kondisi labil, sehingga mengakibatkan terjadi pergeseran koordinat pulau-pulau oleh dampak pecahan lempengan Aceh-Andaman yang menggeserkan kerak bumi sejauh 40 cm dalam sepuluh tahun dan merupakan salah satu sumber utama akan penyebab bencana gempa-gempa dalam enam tahun terakhir dengan fokus pendahuluan pada gempa Bengkulu dengan transfer medan stress energi ke Pagai Selatan.
2. Energi yang dilepaskan sebenarnnya masih tersimpan besar, kondisi ini mengingatkan pada kejadian gempa Aceh-Andaman pada tahun 2004, sebelum terjadi bencana besar itu ada gempa-gempa pendahuluan yang cukup kuat di mulai pada gempa Bengkulu tahun 2000, lalu 2002 di Simeulue dan puncaknya tahun 2004 gempa Aceh. Energi gempa Bengkulu telah melepaskan energi yang kuat sebanyak 3 kali kejadian gempa setelah gempa Aceh, sedangkan gempa Mentawai baru sepotong-sepotong, dan mungkin energi di Pagai Selatan ini sedang mendorong ke utara dimana juga terdapat patahan gempa, diperkirakan masih ada energi yang lebih dahsyat sebelum tahun 2033 atau sekitar 23 tahun lagi.
Mentawai kini telah terkoyak, Sumatera Barat berkabung lagi, dan dipastikan dimasa mendatang deformasi siklus gempa di Pantai Barat Sumatera akan berlangsung cepat dan akan selalu ada gempa beruntun berlangsung. Kita sudah harus mempersiapkan diri, teknologi dini dan tata ruang yang berketahanan bencana serta berbasis masyarakat.

M. Anwar Siregar
Geolog, Pemerhati Masalah Lingkungan dan Geosfer, Tulisan ini sudah dimuat pada Harian Analisa Tanggal 28 Oktober 2010